Kamis, 06 Maret 2014

ADAT PERKAWINAN NAGEKEO (MAUPONGGO)

SALAM,,....
Dalam tulisan saya yang jauh dari sempurna ini, saya ingin menulis sekedar berbagi atau juga dapat mengabadikan sebagian sejarah (sejauh kemampuan saya) untuk generasi-generasi yang akan datang. Yang ingin saya tuliskan di sini adalah hukum perkawinan Nagekeo (Mauponggo Barat) artinya tulisan ini benar2 atas apa yang didengar oleh penulis dari cerita orang2 tua dan pada saat proses pelaksanaan hukum adat.

Adapun langkah2 / tangga adat perkawinan sebagai berikut:
(*berdasarkan diskusi OMK Stasi Uluwagha dengan Tua2 adat pada Bulan Desember Tahun 2005)
  1.  Upacara Lamaran/Pinangan. (Poto kopi si'emi = hantar kopi gula) Pada umumnya manusia sebagai makhluk sosial mengenal atau mengalami masa-masa jatuh cinta. Pada umumnya kaum muda benar2 memanfaatkan masa pacaran ini untuk lebih mengenal atau mendalami sikap dan pribadi masing-masing (sebelum menyelam). Apabila dalam kurun waktu tertentu, dua sejoli ini merasa cocok untuk melangkah ke tahap selanjutnya maka terjadilah langkah awal dalam proses tersebut. Biasanya ada beberapa pilihan yang terjadi pada proses ini:          A. Pemuda datang melamar sendiri (Nga'o ine ema ne'e miu) artinya bahwa si lelaki mengatakan bahwa "saya datang melamar anak bapak/mama" tapi lebih tepat kalau mengatakan lelaki menyerahkan diri (hehehe) saking jatuh cintanya.                                        B.  Melalui Delegasi (Tenga nio lo koli). Biasanya saat delegasi menyampaikan maksud ini, laki-laki tidak turut hadir dalam kesempatan itu. Kata2 yang dilontarkan oleh delegasi adalah : "Gae yolo wini, (mencari bibit jagung) dll,...dan basa-basi terjadi sampai orang tua memberikan sinyal bahwa semuanya terserah pada anak mereka. Dalam konteks ini kadang antara lelaki dan wanita belum saling mengenal.                                                                             Baik tahap A maupun Tahap B apabila sudah mendapat restu orang tua maka mulai saat itu pemuda resmi kema ghawo/bekerja/mengabdi untuk orang tua. Tapi ada perlakuan khusus antara kasus A dan Kasus B. Kalau A maka apabila orang tua meminta bantuan tenaga kerja biasanya selalu melalui si wanita. Tapi kalau B orang tua boleh memerintahnya sendiri karena sudah ada penyerahan dari delegasi untuk menjadi pembantu cinta (wahhhhh hehehehehe)
  2.  Upacara Peu Lako. Setelah terjadi kesepakatan2 maka akan ditetapkan waktu untuk peu lako (harafiah; ikat anjing di kolong rumah supaya semua orang tau bahwa wanita itu sudah ditandai = lako ghogho yongo bhe). Pada acara ini sudah banyak material yang di bawa oleh pihak laki-laki yaitu; topo/bhuja,yongo peu posa (kambing jantan besar), lako peu (anjing jantan), Wea teo dan wea wunumengi/dheka bako (emas), Moke, dan sirih pinang. Pihak wanita menyiapkan Babi, beras, luka lawo, rokok, dan tikar bantal.                                                                               
  3. Upacara Tei Uya; materialnya kambing jantan besar...
  4. Tau ngawu. Ini adalah rangkaian acara pamungkas, agung, akbar dan tentunya habis-habisan. biasanya pada tahap ini sudah terjadi doi dele (tuntutan2 adat), dan mosalaki/tua adat dari kedua pihak akan beradu argumen menunjukan kelasnya masing-masing..tapi pada dasarnya akan muncul kesepakatan baru melengkapi apa yang telah disampaikan oleh orang tua wanita melalui delegasi tadi. Tuntutan bisa berupa: Mosa dhoko, kaba teke ngara, kaba nua, dan pihak wanita biasanya akan menhitung jumlah keluarga inti yang dalam istilah dinamakan Ola reke (yg menunggu/yang menanggung anggaran bersama2 dengan orang tua wanita) apabila 4 orang maka kerbau ditambah 4 selain ketentuan wajib di atas. Jadi total: 7 ekor, belum terhitung kuda bisa 2 atau 3, sapi kalau sekaligus nikah gereja dan kambing/anjing(puluhan ekor), moke 100 liter, sirih pinang secukupnya.
Tentunya tulisan ini belum selesai fren, karena ini adalah garis besarnya saja, dan masih ada istilah-istilah lain yang belum dicantumkan di sini. Jika teman2 sangat membutuhkan tulisan lengkapnya saya bersedia membantu, silahkan hubungi saya via email: sergiomgputra@gmail.com / facebook : sergio.mango@yahoo.co.id

Untuk melengkapi seri tulisan ini agar lebih kaya, segar, variatif dan inpiratif, agan boleh meninggalkan komentar, karena komentar agan semua sangat saya butuhkan.

salam hangat dari desa

Sergio MG
(Uluwagha,Mauponggo,Nagekeo)